Minggu, 29 September 2013

STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI

Faktor yang mempengaruhi struktur organisasi

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur organisasi. Ernie (2006), menyatakan ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi struktur organisasi antara lain:

Strategi Organisasi
Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan maka struktur organisasi pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi. Maka, jika terjadi perubahan pada strategi organisasi akan berdampak pula pada perubahan struktur organisasi.

Skala Organisasi
Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor diantaranya adalah dari jumlah penjualan, pangsa pasar hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi yang berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang diberbagai daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dengan demikian memiliki tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Tapi walaupun tanpa cabang, organisasi dapat dikatakan berskala besar jika tenaga kerja yang ada berjumlah ribuan seperti pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk konveksi. Organisasi yang berskala besar karena ruang lingkup aktivitasnya yang luas maka memerlukan pendelegasian wewenang dan pekerjaan sehingga dalam mendesain struktur organisasinya pun perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan aktifitas yang luas tersebut. Sedangkan organisasi berskala kecil biasanya memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit karena pangsa pasar yang mungkin masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang juga sedikit. Organisasi yang berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan.

Teknologi
Faktor teknologi yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan cara bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Selain itu juga, faktor teknologi terkait dengan penggunaan alat-alat bantu dalam sebuah organisasi.

Lingkungan 
Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan diri secara dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk dalam penentuan struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis akan mendorong organisasi untuk selalu menyesuaikan struktur organisasi dengan tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah. Sebaliknya, lingkungan yang cenderung statis tidak akan terlalu banyak mengubah struktur organisasi.


   Elemen-elemen struktur organisasi

Levitt (Scott, 1987) menyatakan bahwa terdapat 4 elemen internal dan satu faktor lingkungan dalam suatu organisasi. Faktor lingkungan tidak dibahas dalam kajian ini karena merupakan kajian tersendiri. Keempat elemen itu adalah

1.       Struktur sosial
Struktur organisasi menunjuk pada aspek yang teratur dan terpola dari hubungan-hubungan yang terjadi di antara suatu organisasi. Kingsley Davis mengkaitkan struktur organisasi dengan pengelompokan sosial yang secara analitis dapat dikelompokkan menjadi 2  yaitu struktur normatif dan struktur perilaku. Struktur normatif meliputi norma (norms), nilai-nilai (values), dan harapan-harapan peran (role expectations). Nilai merupakan kriteria yang digunakan untuk menentukan tujuan dari suatu perilaku, norma merupakan aturan umum yang mengarahkan perilaku menuju tercapainya suatu tujuan, dan peran (roles) adalah harapan atau ukuran evaluasi yang dipergunakan dalam menilai perilaku seseorang dalam suatu posisi tertentu.
Struktur  normatif adalah posisi sosial yang menunjuk suatu lokasi dalam suatu sistem hubungan sosial. Nilai, norma maupun peranan dalam  setiap pengelompokan manusia terorganisir secara sistematik  dan merupakan seperangkat kepercayaan yang relatif saling berkaitan, tidak saling bertentangan, serta mempengaruhi perilaku anggota masyarakat, termasuk anggota suatu organisasi.
Struktur perilaku menunjuk pada perilaku yang dilakukan oleh anggota masyarakat berupa aktivitas-aktivitas dan interaksi-interaksi yang pada tingkat tertentu mempunyai keteraturan.
Struktur normatif dan struktur perilaku tersebut pada dasarnya saling lepas, tetapi pada tingkat tertentu terdapat keterkaitan. Setiap kelompok sosial, termasuk juga dalam organisasi, selalu ditandai oleh adanya struktur normatif yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh anggotanya. Selain itu juga ditandai dengan adanya struktur perilaku yang menghubungkan anggotanya dalam suatu jaringan hubungan sosial yang umum atau pola aktivitas maupun pola interaksi. Hubungan kedua struktur ini merupakan struktur sosial dari suatu kolektivitas sosial.
Struktur sosial dalam organisasi menekankan pada segi pemahaman secara mendalam dari aturan yang ditunjukkan oleh perilaku anggota organisasi. Ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa setiap saat, ribuan bahkan jutaan orang melakukan tindakan dalam organisasi, tetapi semuanya tidak menghasilkan kekacauan maupun kebingungan, tetapi justru menghasilkan suatu tindakan yang teratur berdasar suatu aturan tertentu. Namun struktur sosial juga tidak kemudian berarti selalu ada dalam keselarasan dan keharmonisan. Konflik dan pertentangan senantiasa akan ada dan muncul dalam kehidupan berorganisasi. Meskipun demikian, tidak mengarah pada munculnya tindakan anggota yang brutal dan agresif, tetapi konflik itu melalui pola yang teratur pula. Tidak saja hanya keteraturan dan kemapanan tetapi ketegangan, penyimpangan dan perubahan dapat terjadi dalam organisasi.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam setiap organisasi, senantiasa terdapat struktur normatif yang terdiri dari nilai, norma, dan harapan peran. Terdapat pula struktur perilaku, yang terdiri dari aktivitas dan interaksi yang relatif teratur. Kedua struktur ini merupakan salah satu elemen penting dari setiap organisasi.

2.       Anggota
   Anggota suatu organisasi adalah orang atau individu, yang  pada  tingkatan  yang  ber-beda-beda memiliki harapan memperoleh sesuatu, dengan memberikan suatu kontribusi bagi organisasi. Dari pernyataan ini terlihat bahwa sebenarnya ada hubungan timbal balik antara anggota suatu organisasi dengan organisasi itu sendiri. Anggota setiap organisasi pastilah mendapatkan yang bersifat material maupun yang bersifat non material dari organisasi yang diikutinya. Sebaliknya bagi organisasi, keikutsertaan seseorang itu memberikan konstribusi bagi keberadaan organisasi, paling tidak status keanggotaan yang dimiliki anggota menunjukkan bahwa organisasi itu memiliki eksistensi yang jelas.
     Individu yang menjadi anggota dari beberapa organisasi sekaligus, demi memperluas dan memperdalam keterlibatannya dalam organisasi, maka akan sukar diperkirakan dalam organisasi mana sebenarnya paling berpartisipasi. Karakteristik demografis dari anggota suatu organisasi memiliki konsekuensi yang penting pada beberapa aspek organisasi, terutama pada segi struktur dan fungsi organisasi.  

3.      Tujuan
     Tujuan organisasi merupakan elemen yang penting dalam organisasi karena akan memudahkan dalam mempelajari organisasi, tetapi ada sebagian ahli tidak menganggap penting untuk mengetahui tujuan organisasi. Sosiolog kelompok behaviorisme menganggap tidak penting tujuan organisasi karena yang sebenarnya mempunyai tujuan adalah para anggotanya. Kelompok kolektivisme menyatakan bahwa individu itu tunduk pada aturan organisasi sehingga organisasi dapat memaksa individu untuk tunduk pada aturan organisasi, termasuk memaksa mereka dalam mencapai tujuan organisasi.
      Tujuan organisasi merupakan suatu titik pusat yang penting dalam melakukan analisa terhadap fenomena organisasi. Tujuan organisasi secara tentatif didefinisikan sebagai suatu konsepsi dan hasil yang diinginkan. 

4.       Teknologi
      Perhatian tentang  teknologi dalam  organisasi  mengacu  pada  organisasi  sebagai  tempat berbagai pekerjaan dilakukan, atau sebagai lokasi memanfaatkan transformasi energi, tempat mekanisme proses peralihan dari masukan (input) menjadi keluaran (output)
Proses Pengorganisasian
Langsung saja saya paparkan proses pengorganisasian menurut Ernest Dale dalam Buku Manajemen dari James A.F. Stoner sebagai berikut :
1.      Memperinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Karena organisasi itu dibentuk berdasarkan suatu tujuan, maka kita harus merinci seluruh pekerjaan yang akan dilakukan agar dalam proses pencapaian tujuan bisa sesuai dengan apa yang dikerjakan dalam organisasi.
2.      Membagi pekerjaan ke dalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dan menyenangkan dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang. Biasanya dalam organisasi yang telah merinci pekerjaan apa yang akan dilakukan, organisasi tersebut akan membagi pekerjaan tersebut ke dalam bidang-bidang tertentu, dengan kata lain yaitu pekerjaan dikelompokan sesuai kualifikasinya lalu di bagi ke dalam  bidang-bidang dalam organisasi. Bidang-bidang itu yang akan mengerjakan tugas tersebut.
3.      Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam cara yang logis dan efisien. Setelah dibagi pekerjaan, maka perlu dibagi bagian-bagian atau divisi-divisi organisasi untuk melaksakan pembagian pekerjaan tersebut.
4.      Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis. Setelah berhasil membagi pekerjaan sesuai bidang organisasi, maka perlu dilakukan koordinasi antar bidang dan pengurus organisasi agar mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Terkadang ada suatu bidang dalam organisasi yang akan membutuhkan sumber daya yang sama atau data yang sama, itulah perlunya koordinasi.
5.      Memonitor efektivitas organisasi dan pengambilan langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.


Bentuk-Bentuk Organisasi

1.  Fungsional
Orang-orang dikelompokkan ke dalam departemen – departemen menurut kesamaan keterampilan dan aktivitas-aktivitas kerja.



Keunggulan:
l  Penggunaan sumberdaya yang efisien, skala ekonomis
l  Spesialisasi keterampilan yang mendalam dan pengembangan
l  Kemajuan karier dalam departemen fungsional
l  Panduan dan pengendalian dari manajemen Puncak
l  Koordinasi yang luar biasa dalam fungsi-fungsi
l  Pemecahan masalah teknikal yang berkualitas

Kelemahan:
l  Komunikasi lintas departemen fungsional yang buruk
l  Tanggapan lambat yang diberikan pada perubahan lingkungan, ketinggalan inovasi
l  Keputusan terkonsentrasi pada hirarki puncak, menciptakan penundaan
l  Tanggung jawab bagi masalah yang muncul sulit ditunjukkan secara tepat
l  Pandangan terbatas mengenai sasaran organisasi dari pada karyawan
l  Pelatihan manajemen umum yang terbatas bagi karyawan



2. Divisional
Departemen dikelompokkan ke dalam divisi mandiri terpisah berdasarkan pada kesamaan produk, program, atau daerah geografis. Perbedaan keterampilan merupakan dasar departementalisasi, dan bukannya kesamaan keterampilan.

Keunggulan:
l  Cepat tanggap, fleksibilitas pada lingkungan yang tidak stabil
l  Memperhatikan kebutuhan konsumen
l  Koordinasi yang luar biasa lintas departemen fungsional
l  Pembebanan tanggung jawab yang jelas bagi permasalahan produk
l  Penekanan terhadap keseluruhan produk dan tujuan divisional
l  Pengembangan keterampilan manajemen umum

Kelemahan:
l  Duplikasi sumberdaya lintas divisi
l  Kurang pendalaman teknis dan spesialisasi dalam divisi-divisi
l  Koordinasi yang buruk lintas divisi
l  Kurangnya kendali sumberdaya menajemen puncak
l  Kompetesi untuk sumberdaya perusahaan

3. Matriks
Ranati komando divisional dan fungsional diimplementasikan secara simulatan dan membebani satu sama lainnya dalam departemen yang sama. Terdapat dua rantai komando, dan beberapa karyawan memberikan laporan pada dua bos.

Keunggulan:
l  Penggunaan sumberdaya yang lebih efisien dibandingkan pada hirarki tunggal
l  Fleksibilitas dan adaptabilitas terhadap lingkungan yang terus berubah
l  Pengembangan keterampilan manajemen umum dan spesialis
l  Kerja sama interdisiplin, ketersediaan ahli untuk seluruh divisi
l  Pelebaran tugas-tugas bagi para karyawan

Kelemahan:
l  Frustasi dan kebingungan dari rantai komando ganda
l  Konflik tinggi antara dua sisi matriks
l  Banyak pertemuan, lebih banyak diskusi daripada tindakan
l  Membutuhkan pelatihan hubungan manusia
l  Dominasi kekuatan oleh salah satu sisi matriks

4. Tim
Organisasi membentuk serangkaian tim untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus dan untuk mengkoordinasikan departemen-departemen utama.
Keunggulan:
l  Punya beberapa keunggulan struktur fungsional
l  Mengurangi hambatan antar departemen, meningkatkan kompromi
l  Mengurangi waktu untuk merespon, keputusan lebih cepat diambil
l  Moril yang lebih baik, antusiasme dari keterlibatan karyawan
l  Mengurangi biaya overhead administrasi rutin

Kelemahan:
l  Loyalitas ganda dan konflik
l  Waktu dan sumberdaya lebih banyak untuk pertemuan
l  Desentralisasi tidak terencana



5. Jaringan
Organisasi menjadi suatu pusat yang kecil, terhubung secara elektronis dengan organisasi lainnya yang melakukan fungsi-fungsi vital.
Departemen bersifat independen dan melayani kontrak dengan sentral untuk mendapatkan keuntungan.

Keunggulan:
l  Daya saing global
l  Fleksibilitas tenaga kerja / tantangan
l  Mengurangi biaya administratif

Kelemahan:
l  Tidak ada pengendalian langsung
l  Dapat kehilangan bagian organisasi
l  Lemahnya loyalitas karyawan

                          
Fungsi atau Kegunaan Struktur dalam Sebuah Organisasi 
1.      Kejelasan Tanggung Jawab. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab kepada pimpinan  atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang harus dipertanggungjawabkan.
2.      Kejelasan Kedudukan. Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
3.      Kejelasan Uraian Tugas. Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan dapat berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya yang jelas.
4.      Kejelasan Jalur Hubungan. Dalam rangka pelaksaan tugas dan tanggung jawab setiap karyawan atau pegawai dalam sebuah organisasi, maka dibutuhka kejelasan hubungan yang tergambar dalam struktur, sehingga jalur penyelesaian pekerjaan akan semakin efektif dan dapat saling menguntungkan.

 http://luffybersahabat.blog.com/2011/01/19/struktur-organisasi/

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DASAR-DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

George R. Terry menyebutkan 5 dasar dalam pengambilan keputusan, yaitu:
  • Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan  yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif.  Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif  kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.
  • Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
  • Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik),  tetapi  dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
  • Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
  • Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:
1.    Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
2.    Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
3.    Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
4.    Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
5.    Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal

FAKTOR-FAKTOR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam proses pengambilan keputusan, suatu organisasi maupun lembaga pendidikan, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
  • Posisi atau Kedudukan.
Dalam rangka pengambilan keputusan, posisi atau
kedudukan dapat dilihat dalam hal :
a. letak posisi, apakah sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker), atau saff (staffer); 
b. tingkatkan posisi apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional, atau teknis.
  • Masalah.
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan dari apa yang diharapkan, direncanakan, dikehendaki, atau harus diselesaikan. Masalah dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Masalah terstruktur (well structured problem) adalah masalah yang logis, dikenal, mudah diidentifikasi. 
b. Masalah tidak terstruktur (will structured problem) adalah masalah yang masih baru, tidak biasa, dan fakta/informasinya tidak lengkap.
Masalah dapat dibagi pula menjadi dua jenis yaitu :
a. Masalah Rutin : masalah yang sifatnya berulang terjadi sehari-hari, sudah tetap.
b. Masalah Insidental : masalah yang bersifat tidak tetap, tidak selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
  • Situasi.
Situasi adalah keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain, dan yang bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Faktor-faktor itu dibedakan atas:
a. faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak
berubah-ubah atau tetap keadaannya; 
b. faktor-faktor yang tidak konstan (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya
selalu berubah dan tidak tetap keadaanya.
  • Kondisi.
Kondisi adalah keseluruhan faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor tersebut merupakan sumber daya.
  • Tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha pada umumnya telah tertentu atau ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.

Bentuk-bentuk atau jenis-jenis  Keputusan

Keputusan Terprogram 
          Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.  
Keputusan Tidak Terprogram
      Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.

Jumat, 13 September 2013

DASAR-DASAR PERENCANAAN

DASAR-DASAR PERENCANAAN


A. Perencanaan Manajemen dan Administrasi

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.


B. Pengertian Perencanaan Pendidikan

Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan suatu keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya). Rangkaian proses kegiatan tersebut dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud menjadi kenyataan dimasa yang akan datang, yaitu dalam jangka waktu tertentu yang akan datang.
Perencanaan didefinisikan dalam berbagai macam ragam tergantung dari sudut pandang mana melihat, serta latar belakang apa yang mempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi. Diantara definisi-definisi tersebut diantaranya:

  1. Menurut Prajudi Atmusudirdjo, Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan akan sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa dan bagaimana (Abin, 2000).
  2. Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya tidak lain adlah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Bintoro Tjokroamidjodjo, 1977).
  3. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 
Dari beberapa definisi diatas, dapat kita analisis dantarik beberapa butir penting yang perlu dijadikan pegangan dalam penyusunan suatu rencana. Butir-butir tersebut, diantaranya yaitu:
  • Berhubungan dengan masa depan
  • Seperangkat kegiatan
  • Proses yang sistematis
  • Hasil serta tujuan tertentu
Dengan memliki pemahaman akan pengertian perencanaan, kita dapat merumuskan sendiri fungsi dan tujuan perencanaan. Fungsi perencanaan adalah: 

  • Sebagai pedoman pelaksanaan pengendalian
  • Menghindari pemborosan sumber daya
  • Alat bagi pengembangan quality assurance, dan
  • Upaya untuk memenuhi accauntabillity kelembagaan



C. Konsep Dasar Perencanaan

I. Pengertian PerencanaanPerencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu priode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Beberapa ahli memberikan pengertian perencanaan. Menurut Bintoro Tjokroaminoto, perencanaan ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistimatis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Perencanaan pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistimatis dan berkesinambungan.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini perencanaan mengandung unsur-unsur sbb:
  1. Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya.
  2. Adanya proses
  3. Hasil yang ingin dicapai
  4. Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.
II. Tujuan Perencanaan
  1. Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaan.
  2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
  3. Mengetahaui siapa yang terlibat (struktur organisasinya) baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.
  4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
  5. Memimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu.
  6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
  7. Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan
  8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
  9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
III. Manfaat Perencanaan
Adapun manfaat dari perencanaan yaitu:
  • Standar pelaksanaan dan pengawasan
  • Pemilihan sebagai alternatif terbaik.
  • Penyusunan skala prioritas , baik sasaran maupun kegiatan
  • Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
  • Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
  • Alat memudahakan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
  • Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
IV. Proses Perencanaan
Proses perencanaan menurut Banghart & Trull melalui tahapan sebagai berikut :
  • Pendahuluan
  • Mengidentifikasi permasalahan pendidikan
  • Analisis area masalah perencanaan
  • Penyusunan konsep dan rencana
  • Mengevaluasi rencana
  • Menentukan rencana
  • Penerapan rencana
  • Rencana unpan balik
V. Prinsip Perencanaan Yang Baik
  1. Keadaan sekarang
  2. Keberhasilan dan factor-faktor kritis keberhasilan
  3. Kegagalan masa lampau
  4. Potensi, tantangan dan kendala yang ada.
  5. Kemampuan merubah kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman menjadi peluang analisis.
  6. Mengikutsertakan pihak-pihak terkait.
  7. Memerhatikan komitmen dan mengkoordinasikan pihak-pihak terkait
  8. Mempertimbangakan efektifitas dan efisiensi, demokratis, transparan, realistis, legalistis dan praktis.
  9. Jika mungkin, menguji cobakan kelayakan perencanaan.
D. Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan 
Secara konseptual perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat dan proses pengambilan keputusan sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak komponen-komponen yang ikut serta dalam proses pengambilan keputusan ini, antara lain: 

  1. Tujuan pembangunan nasional bangsa yang akan mengambil keputusan dala rangka kebijaksanaan nasional dalam bidang pendidikan. Target yang hendak dicapai berarti cara menyamapaikannya pun akan juga mempengaruhi didalamnya. Misalnya waktu pelaksanaan, pertahapan, taksis, dan strategi dala meletakan jalur kebijakan kemana akan dibawa pendidikan itu.
  2. Masalah strategi adalah termasuk penganganan policy (kebijakan) secara operasional yang akan mewarnai proses pelaksanaan dari perencanaan pendidikan. Maka ketepatan peletakan strategi ini sangat penting adanya. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan policy (kebijaksaan) ini adalah berkenaan dengan:

  • Sifat dan kibijakan pendidikan nasional
  • Proses nasional yang dalam tingkatan sedang berkembang 
  • Cara pendekatan yang dipergunakan sebagai watak sistem perencanaan.
Karakteristik perencanaan pendidikan ditentukan oleh konsep dan pemahaman tentang pendidikan. Dengan mempertimbangkan ciri-ciri pendidikan dalam perananya dalam proses pembangunan, maka perencanaan pendidikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi.
  2. Harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik seoptimal mungkin.
  3. Harus memberikan kesempatan yang sama bagi peserta didik.
  4. Harus komprehensif dan sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentaris tapi menyeluruh dan terpadu.
E. Analisis Posisi Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan pada dasarnya berpusat pada tigakomponen utama, yaitu:
  1. Apakah yang harus dicapai?
  2. Bagaimanakah perencanaan itu dimulai?
  3. Bagaimanakah cara mencapai yang harus dicapai itu?
Pertanyaan pertama, mempersoalkan tujuan yang merupakan titikusaha yang harus dicapai. Tujuan adalah arah yang mempersatukankegiatan pembangunan, tanpa tujuan kegiatan pembangunanpendidikan akan tidak terarah dan tidak terkendalikan. Tujuan merupakan cita-cita dan merupakan hal yang absolut dan tidak dapatditawar.

Pertanyaan kedua, mempersoalkan titik berangkat pembangunansebab pembangunan harus dimulai dari titik berangkat yang pastidalam arti tidak dimulai dari nol sama sekali tapi dimulai dari tingkatyang telah dicapai selama ini. Titik berangkat haruslah ditentukanberdasarkan evaluasi atau kajian terhadap apa yang telah diperbuatbukan apa yang harus diperbuat.

Pertanyaan ketiga, merupakan alternatif cara atau upaya untukmencapai tujuan dari titik berangkat yang telah ditentukan itu. Upayaini dapat saja berbentuk pendekatan, kebijakan atau bahkan strategiyang kemungkinannya amat banyak tergantung kepada kemampuanuntuk memilih mana yang paling tepat dan efektif untuk mencapaitujuan tersebut.

Pola dasar di atas pada kenyataannya tidak sederhana karenapendidikan itu sendiri amatlah kompleks. Pengembangan pola dasarini hanyalah merupakan modal yang dapat dipergunakan oleh planners sebagai salah satu pila pikir yang meletakkan perencanaansecara tepat pada posisi dan fungsi yang diinginkan.

F. Mekanisme dan Prosedur Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan terdiri dari beberapa jenis tergantung dari sisi melihatnya. Dari tinjauan cakupannya, perencanaan pendidikan ada yang bersifat nasional atau makro, ada pula yangbersifat daerah atau regional, ada juga yang bersifat lokal dan ada pula yang bersifat kelembagaan atau institusional.
  • Perencanaan Pendidikan Pada Tingkat Nasional mencakup seluruh usaha pendidikan untuk mencerdaskan atau membangun bangsa termasuk seluruh jenjang, jenis, dan isinya.
  • Perencanaan Pendidikan Regional adalah perencanaan pada tingkat daerah atau provinsi yang mencakup seluruh jenis dan jenjang untuk daerah atau propinsi itu.
  • Perencanaan Pendidikan Lokal adalah perencanaan pendidikan yang mencakup berbagai kegiatan untuk Kota atau Kabupaten tertentu saja
  • Perencanaan Pendidikan Kelembagaan adalah perencanaan pendidikan yang mencakup satu institusi atau lembaga pendidikan tertentu saja, seperti perencanaan sekolah, atau perencanaan universitas tertentu.
Ditinjau dari posisi dan sifat serta karakteristik perencanaan, perencanaan pendidikan itu ada yang bersifat terpadu, dan yang bersifat komprehensif, ada yang bersifat transaksional dan ada pula yang bersifat strategik.
  • Perencanaan Pendidikan Terpadu atau Integrated Educational Planning Mengandung arti bahwa perencanaan pendidikan itu mencakup seluruh aspek esensial pembangunan pendidikan dalampola dasar perencanaan pembangunan nasional.
  • Perencanaan Pendidikan Komprehensif Mengandung konsep keseluruhan yang disusun secara sistemik dan sistematik. Seluruh aspek penting pendidikan mencakup dan disusun secara teratur danrasional hingga membentuk satu keseluruhan yang lengkap dansempurna.
  • Perencanaan Strategik adalah perencanaan yang mengandungpendekatan Startegic Issues yang dihadapi dalam upaya membangun pendidikan. Perencanaan pendidikan strategik ini bertitik tolak dari gagasan untuk menanggulangi National Emerging Issues dan bertitik tolak daripikiran bahwa sumber-sumber daya itu amat langka, karena itu enggunaannya harus diatur secermat dan seefisien mungkin hingga output yang diharapkan memang merupakan keluaran yang efektif.


Source: