Minggu, 17 November 2013

 Kepercayaan

A.   Pengertian Kepercayaan
          Kepercayaan merupakan hal yang penting karena membantu mengatur kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi. Kunci yang sangat penting dalam membangun kepercayaan yang tinggi dalam organisasi adalah pencapaian hasil, bertindak dengan integritas, dan pendemonstrasian perhatian. Peningkatan tingkat kepercayaan membutuhkan keseimbangan dari hal-hal penting yang telah tersebut di atas, meskipun ada konflik di antara para pihak dalam organisasi. Tindakan penyeimbangan membutuhkan desain organisasi yang dapat mendukung kepercayaan, baik struktur organisasi maupun budaya tidak formal (Shaw,1997).

B.   Cara Membangun Kepercayaan Dalam Tim
Menurut Colin Powell kepercayaan merupakan suatu yang amat penting untuk membangun kepercayaan orang terhadap pemimpin dan sebaliknya
1. Miliki kompetensi lebih. Tim biasanya akan percaya kepada pemimpinnya jika pemimpin itu mempunyai kompetensi, yaitu keterampilan dan pengalaman yang sangat memadai. Oleh karena itu, kita harus selalu meningkatkan kompetensi kita dengan terus menerus mempelajari keterampilan dan pengalaman baru dan membangun suasana sehingga tim bisa hidup secara harmoni. 

2. Miliki karakter unggul. Karakter adalah tingkah laku dan tindak tanduk kita dalam menjalankan visi dan misi kita. Dalam memimpin tim atau organisasi, kita harus bisa menjadi contoh bagi anggota tim lainnya sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam tim. Kita harus bisa memberikan energi untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan tim supaya dapat bekerja sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. 

3. Miliki keberanian untuk melakukan terobosan. Dalam memimpin tim, kita harus mempunyai keberanian membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Untuk itu dibutuhkan kemampuan fisik, kemampuan berpikir, kemampuan berinteraksi, kemampuan menyelaraskan segala tindakan kita dengan visi, misi dan sasaran yang telah kita tetapkan. 

4. Miliki kepercayaan diri. Sebagai pemimpin kita harus mempunyai kepercayaan diri. Kepercayaan diri sangat dekat dengan atribut keberanian, karena kepercayaan diri sama dengan berani menghadapi tantangan. Tantangan yang selalu kita ciptakan ini merupakan alat untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman kita. Kita harus mempunyai kepercayaan diri bahwa misi yang kita jalankan sangat mungkin untuk dicapai. Kita harus percaya bahwa kita dapat memecahkan masalah-masalah yang sangat rumit sekalipun dan berani memulainya. 

5. Miliki loyalitas. Kebanyak orang menganggap bahwa yang harus loyal di dalam suatu organisasi adalah bawahan loyal terhadap pimpinan. Dalam kepemimpinan, loyalitas menunjuk ke tiga arah, yaitu ke bawah, ke atas, ke samping. Artinya, kita tidak boleh hanya menuntut loyalitas dari bawahan. Kita juga harus loyal ke bawahan dan teman sejawat. Di samping itu, kita juga loyal terhadap organisasi. Kata kunci di sini adalah bawahan bisa percaya kepada atasan dan atasan juga percaya kepada bawahan. 

6. Miliki kerelaan berkorban dan empati. Membangun kepercayaan sangat memerlukan pengorbanan karena kita harus bisa mendengarkan dan menjaga keutuhan tim.

C.   Tiga Jenis Kepercayaan

1.       Kepercayaan berbasis pada kekuatan akan berfungsi hanya pada tingkat bahwa  hukuman itu mungkin, konsekuensi nya jelas dan hukuman sesungguhnya dijatuhkan jika kepercayaan dilanggar
2.    Kepercayaan berbasis pada  pengetahuan sebagian besar hubungan organisasi berakar pada kepercayaan berbasis pengetahuan. Kepercayaan yang didasarkan pada predictabilitas perilaku yang berasal dari riwayat interaksi kepercayaan itu ada jika anda memiliki informasi yang memadai tentang seseorang sehingga anda memhami bahwa mereka cukup mampu memperkirakan secara tepat perilaku mereka.
3.    Kepercayaan berbasis pada identifikasi  tingkat kepercayaan paling tinggi dicapai bila terdapat hubungan emosional antara dua pihak. Hal itu kemungkinan satu pihak bertindak sebagai agen bagi pihak lain dan menggantikan orang itu dalam transaksi interprasional. Ini disebut kepercayaan berbasis identifikasi. Kepercayaan ini ada karna masing-masing pihak saling memahami maksud masing-masing dan menghargai keiginan pihak lain

Daftar Pustaka:
Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10. Klaten: Indeks Gramedia
Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori ,Praktek,dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara

Minggu, 10 November 2013

Knowledge Manajemen

A. Definisi Knowledge Manajemen

Dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif, knowledge management merupakan faktor yang paling penting bagi organisasi saat ini. Tobing (2007) dalam bukunya Knowledge Management Concept, arsitektur dan implementasi mengemukakan bahwa definisi knowledge adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif. Definisi knowledge bergantung pada data dan informasi yang dimiliki oleh suatu personal yang merefleksikan tentang suatu pendapat.
Menurut Laudon dan Laudon (2002), knowledge management berfungsi meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan pengetahuan ke dalam proses bisnis. Knowledge Management adalah serangkaian proses yang dikembangkan dalam suatu organisasi untuk menciptakan, mengumpulkan, memelihara dan mendiseminasikan pengetahuan organisasi tersebut.

Menurut Honeycutt, (2000) Knowledge management adalah suatu disiplin yang memperlakukan modal intelektual sebagai aset yang dikelola. Sistem knowledge management memberikan informasi yang tepat kepada orang yang tepat pada saat yang tepat. Knowledge management mengubah pengalaman dan informasi menjadi hasil.

Barclay dan Murray (2002, p. 1) mendefinisikan knowledge management sebagai suatu aktivitas bisnis yang mempunyai dua aspek penting, yaitu:

1. Memperlakukan komponen pengetahuan dalam aktivitas-aktivitas bisnis yang direfleksikan dalam strategi, kebijakan, dan berbagai praktek perusahaan secara keseluruhan.

2. Membuat suatu hubungan langsung antara aset intelektual perusahaan baik yang explicit maupun tacit untuk mencapai tujuan perusahaan.


B. Konsep Knowledge Manajemen
Knowledge management adalah sebuah proses yang mengkoordinasikan penggunaan informasi, pengetahuan dan pengalaman. Dengan konsep tersebut, berarti ada perbedaan untuk data, informasi dan pengetahuan. Berdasarkan hierarkinya, informasi berasal dari data yang telah diproses sehingga dapat diinterpreasikan14. Pengetahuan adalah hasil dari pengolahan informasi secara lebih lanjut dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan kebijaksanaan (wisdom) lebih kearah pengambilan keputusan dari pengguna pengetahuan.

Konsep manajemen pengetahuan ini meliputi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI) dalam tujuannya untuk mencapai organisasi perusahaan yang semakin baik sehingga mampu memenangkan persaingan bisnis. Perkembangan teknologi informasi memang memainkan peranan yang penting dalam konsep manajemen pengetahuan. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai oleh penguasaan teknologi informasi, sehingga jika berbicara mengenai manajemen pengetahuan tidak lepas dari pengelolaan.

Pada perkembangan ini menunjukan makin cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan, akibat dari efek globalisasi serta perkembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif. Kondisi ini jelas telah mengakibatkan perlunya cara-cara baru dalam menyikapi semua yang terjadi agar dapat tetap survive. Penekanan akan makin pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu respon dalam menyikapi perubahan tersebut, dan ini tentu saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM.

Sehubungan dengan itu peranan ilmu pengetahuan menjadi makin menonjol, karena hanya dengan pengetahuanlah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Ini berarti pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dan kompetitif. Ketatnya kompetisi secara global khususnya dalam bidang ekonomi telah menjadikan organisasi usaha memikirkan kembali strategi pengelolaan usahanya, dan SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut.

C. Tipe Kegiatan Knowledge Management


Kegiatan knowledge management dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe yaitu:

1. Mengumpulkan dan menggunakan ulang pengetahuan terstruktur. Pengetahuan sering tersimpan dalam beberapa bagian dari output yang dihasilkan organisasi, seperti disain produk, proposal dan laporan kegiatan, prosedur-prosedur yang sudah dimplementasikan dan terdokumentasikan dan kode-kode software yang semuanya dapat dipergunakan ulang untuk mengurangi waktu dan sumber yang diperlukan untuk membuatnya kembali.

2. Mengumpulkan dan berbagi pelajaran yang sudah dipelajari (lessons learned) dari praktek-praktek. Tipe kegiatan ini mengumpulkan pengetahuan yang berasal dari pengalaman, yang harus diinterpretasikan dan diadopsi oleh user dalam konteks yang baru.

3. Mengidentifikasi sumber dan jaringan kepakaran. Kegiatan ini bermaksud untuk menjadikan kepakaran lebih mudah terlihat dan mudah diakses bagi setiap karyawan. Dalam hal ini adalah untuk membuat fasilitas koneksi antara orang yang mengetahui pengetahuan dan orang yang membutuhkan pengetahuan.
4. Membuat struktur dan memetakan pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan performansi. Kegiatan ini memberikan pengaruh seperti pada proses pengembangan produk baru atau disain ulang proses bisnis dengam menjadikan lebih eksplisit atau terbuka dari pengetahuan yang diperlukan pada tahap-tahap tertentu.
5. Mengukur dan mengelola nilai ekonomis dari pengetahuan. Banyak organisasi mempunyai aset intelektual yang terstuktur, seperti hak paten, copyright, software licenses dan database pelanggan. Dengan mengetahui semua aset-aset ini memungkinkan organisasi untuk membuat revenue dan biaya untuk organisasi.
6. Menyusun dan menyebarkan pengetahuan dari sumber-sumber eksternal. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan tidak menentu telah meningkatkan kepentingan dan kesungguhan pada business intelligence system. Dalam kegiatan ini organisasi berusaha mengumpulkan semua laporan dari luar yang berhubungan dengan bisnis. Dalam kegiatan ini diperlukan editor dan analis untuk menyusun dan memberikan konteks terhadap informasi-informasi yang diperoleh tersebut.

D. Jenis Penerapan Knowledge Management

1. Tacit Knowledge
Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,2004). Tacit knowledge tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu yang terdapat dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi.
Menurut Polanyi (1966) tacit knowledge secara umum dijabarkan sebagai:
1.Pemahaman dan aplikasi pikiran bawah sadar
2. Susah untuk diucapkan
3. Berkembang dari kejadian langsung dan pengalaman
4. Berbagi pengetahuan melalui percakapan (story-telling)
Berdasarkan pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu (perorangan).
2. Explicit Knowledge
Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al., 2004). Menurut pernyataan Polanyi (1966) pada saat tacit knowledge dapat dikontrol dalam benak seseorang, explicit knowledge justru harus bergantung pada pemahaman dan aplikasi secara tacit, maka dari itu semua pengetahuan berakar dari tacit knowledge. Secara umum explicit knowledge dapat dijabarkan sebagai:1. Dapat diucapkan secara tepat dan resmi
2. Mudah disusun, didokumentasikan, dipindahkan, dibagi, dan dikomunikasikan
Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independent.

E. Tujuan Penerapan Knowledge Management
Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur dengan baik, maka perusahaan akan mudah untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnya, sehingga perusahaan akan dapat menghemat waktu dan biaya.
Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahaan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan perusahaan akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat meningkatkan kompetensinya.
Kemampuan beradaptasi. Perusahaan akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.
Peningkatan produktfitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk proses atau produk yang akan dikembangkan, sehingga produktifitas dari perusahaan akan meningkat.

F. Elemen Pokok Knowledge

1. People
Yang berarti Knowledge Management berasal dari orang. People merupakan bentuk dasar untuk membentuk knowledge baru. Tanpa ada orang tidak akan ada knowledge.
2. Technology
Merupakan infrastruktur teknologi yang standar, konsisten, dan dapat diandalkan dalam mendukung alat-alat perusahaan.
3. Processes
Yang terdiri dari menangkap, menyaring, mengesyahkan, mentransformasikan, dan menyebarkan knowledge ke seluruh perusahaan dilengkapi dengan menjalankan prosedur dan proses tertentu.


Sumber :
http://www.putrafajaralam.com/definisi-knowledge.htm
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2012/07/knowledge-management-definisi-knowledge.html
http://dhwibowo2009.blogspot.com/2010/05/konsep-knowledge-management.html
http://meliana0590.blogspot.com/2010/10/pengertian-knowladge-management.html
http://lagisibuk.com/2013/10/06/knowledge-management-as-a-support-and-the-media-for-an-e-learning/
http://pengertianmanagement.blogspot.com/2012/11/pengertian-knowledge-management.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2012/07/knowledge-management-definisi-knowledge.html

Minggu, 27 Oktober 2013

Manajemen Perubahan

Pengertian Perubahan
Pada hakikatnya, kehidupan manusia dan organisasi selalu bergerak dan diliputi oleh perubahan secara berkelanjutan. Perubahan terjadi karena lingkungan internal dan eksternal

Tujuan Perubahan
Tujuan perubahan disatu sisi untuk memperbaiki kemampuan organisasi dalam menyesuaikan didi dengan perubahan lingkungan dan disisi lain, mengupayakan perubahan perilaku karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya

Sasaran Perubahan
  • Struktur organisasi
  • Teknologi
  • Pengaturan tata letak fisik ruang kerja
  • Sumber daya manusia
  • Proses

Budaya Organisasi
  • Perubahan terencana dan tidak terencana
Perubahan dapat terjadi pada kegiatan yang bersifat rutin dan kontinu,
  • Perubahan inkremental dan fundamental
Perubahan incremental hampir terjadi dengan sendirinya dan mencakup banyak situasi yang dihadapi manajer.
  • Tempered radical change
Meyerson (2002) memperkenalkan tempered radical change. Ia berpendapat bahwa strategi perubahan merupakan suatu kontinum dari sifatnya sangat pribadi sampai pada sangat umum
  • Perubahan struktural dan siklikal
Dalam perubahan struktural terjadi kenaikan atau penurunan yang berarti yang menghasilkan perubahan kualitas
  • Planned change dan emergent change
Perubahan terencana merupakan perubahan rutin, berulang-ulang, dan diprediksi dan dikendalikan

Manajemen Perubahan

          Manajemen perubahan adalah proses terus-menerus memperbaharui organisasi berkenaan dengan arah, struktur, dan kemampuan untuk melayani kebutuhan yang selalu berubah dari pasar, pelanggan dan para pekerja itu sendiri. Kegiatan manajemen perubahan harus berlangsung pada tingkat tinggi mengingat laju perubahan yang dihadapi akan lebih besar dari masa sebelumnya.

          agar terjadi perubahan yang signifikan dan dapat diimplementasikan dengan baik kedalam suatu organisasi, maka hal berikut ini harus segera terjadi, yakni:
Orang harus memahami dengan jelas tentang apa yang dimaksud dengan organisasi bisnis dan pelanggan. Dengan demikian, definisi yang jelas tentang tujuan bersama diperlukan; dan
Persyaratan kinerja baru harus dinyatakan dengan jelas dan dipahami oleh para pekerja, sehingga mereka mampu melakukan perubahan perilaku sekaligus merubah cara mereka melakukan bisnis, tentunya perubahan ini secara luas harus selaras dengan tujuan organisasi.

          Dengan demikian, para manajer perlu melakukan pembinaan untuk suatu perubahan yang konstruktif pada seluruh organisasi. Ketika ide perubahan disampaikan kepada seluruh lapisan organisasi sebagai sebuah mainstream, maka dengan sendirinya perlu dibarengi oleh perubahan infrastruktur pembinaan yang sudah ada, yang dapat mengatasi segala bentuk resistensi, sehingga mereka terdorong untuk mencoba dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang telah direncanakan.

Sumber:

Minggu, 20 Oktober 2013

KOORDINASI

Pengertian Koordinasi, Kooperasi dan Sinergi

Koordinasi
                Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa : “Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi
G. R. Terry dalam bukunya, Principle of Management yang dikutip Handayaningrat (2002:55) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan
Menurut E. F. L. Brech dalam bukunya, The Principle and Practice of Management yang dikutip Handayaningrat (2002:54) Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.

Cooperation/Kooperasi
Cooperation merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan dengan cara menerima unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan

Sinergi
 Menurut Deardorff dan Williams (2006) sinergi adalah sebuah proses dimana interaksi dari
dua atau lebih agen atau kekuatan akan menghasilkan pengaruh gabungan yang lebih besar
dibandingkan jumlah dari pengaruh mereka secara individual. Dengan demikian, terdapat
suatu sinergi apabila hasil dari gabungan misalnya dua kekuatan akan menghasilkan
persamaan matematik sebagai berikut: 1 + 1 > 2.
Sinergi bukanlah sesuatu yang dapat kita pegang oleh tangan kita tapi suatu istilah yang berarti melipatgandakan pengaruh (multiplier effect) yang memungkinkan energi pekerjaan atau jasa individu berlipatganda secara eksponensial melalui usaha bersama.


Stephen Covey dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People, jika 1 + 1 = 3, maka itulah yang disebut “Synergy”.  Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai Hasil Lebih Besar daripada Jumlah bagian per bagian. 

Jenis Koordinasi

1.      Koordinasi vertikal (Vertical Coordination} adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur.

2.      Koordinasi horizontal (Horizontal Coordinatiori) adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated.

  • ·     Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.
  • ·     Interrelated adalah koordinasi antar badan (instansi) beserta unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat.


Tujuan dan Manfaat Koordinasi

Tujuan dan manfaat koordinasi antara lain sebagai berikut :
1.  Untuk mewujudkan KISS (koordinasi,integrasi,sinkronisasi, dan simplifikasi) agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
2.    Memecahkan konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait.
3.   Agar menejer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan tugas-tugasnya dengan stakeholders pendidikan yang saling bergantungan, semakin besar ketergantungan dari unit-unit, semakin besar pula kebutuhan akan pengoordinasian.
4.  Agar manajer pendidikan mampu mengoordinasikan pembangunan sektor pendidikan dengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
5. Agar menejer pendidikan mampu mengintregrasikan kegiatan fungsional dinas pendidikan dan tujuan tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah untuk mencapai tujuan bersama dengan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien.
6. Adanya pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja,semakin diperlukan pengoordinasian/penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumpang-tindih pekerjaan yang menyebabkan pemborosan.
7.   Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di antara kegiatan-kegiatan, baik fisik maupun nonfisik dengan stakeholders.
8.  Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan sumber daya pendidikan yang terbatas.
9.     Mencegah terjadinya konflik interal dan eksternal sekolah yang kontra produktif.
10.  Mencegah terjadinya kekosongan ruang dan waktu.
11.  Mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat.­
12.  Macam-macam koordinasi


Prinsip-Prinsip Koordinasi

Menurut Abdurachman (1995;47) mengemukakan prinsip-prinsip koordinasi sebagai berikut:
1. Prinsip efisiensi;
2. Prinsip kesatuan arah dan tujuan;
3. Prinsip koordinasi;
4. Prinsip ketetapan penggunaan alat-alat koordinasi.

Sugandha (1996:47) menyebutkan prinsip-prinsip koordinasi yaitu:

a. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai kegiatan bersama;
b. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak termasuk target dan jadwalnya;
c. Adanya kesatuan atau loyalitas pada setiap pihak terhadap tugas masing-masing serta jadwal yang telah ditetapkan;
d. Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta memonitor kerjasama tersebut sertapemechahan masalah bersama

Karakteristik Koordinasi Yang Efektif

Mencapai koordinasi yang efektif

Agar koordinasi dapat dicapai dengan efektif dan memiliki potensi yang lebih berarti maka perlu diketahui metode untuk mencapai arah tersebut. Menurut McBarnes (1998, hal. 36), harus ada 3 (tiga) kaidah yang dipenuhi dalam koordinasi:

a. Harus ada kontak langsung mereka yang kegiatannya harus dikoordinasikan.
b. Koordinasi harus dimulai pada tahap yang paling awal sebelum kebijaksanaan dibentuk secara lengkap.
c. Koordinasi harus merupakan suatu proses yang berkelanjutan

Karakteristik Koordinasi yang Efektif:
1) Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak terkait.
2) Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif.
3) Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya (egosektoral).
4) Tidak terjadi tumpang tindih tugas.
5) Komitmen semua pihak tinggi.
6) Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi.
7) Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi.
8) Pelaksanaan tepat waKepala Sekolah.
9) Semua masalah terpecahkan.
10)Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing stakeholder.


Daftar Pustaka

Minggu, 29 September 2013

STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI

Faktor yang mempengaruhi struktur organisasi

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur organisasi. Ernie (2006), menyatakan ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi struktur organisasi antara lain:

Strategi Organisasi
Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan maka struktur organisasi pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi. Maka, jika terjadi perubahan pada strategi organisasi akan berdampak pula pada perubahan struktur organisasi.

Skala Organisasi
Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor diantaranya adalah dari jumlah penjualan, pangsa pasar hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi yang berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang diberbagai daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dengan demikian memiliki tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Tapi walaupun tanpa cabang, organisasi dapat dikatakan berskala besar jika tenaga kerja yang ada berjumlah ribuan seperti pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk konveksi. Organisasi yang berskala besar karena ruang lingkup aktivitasnya yang luas maka memerlukan pendelegasian wewenang dan pekerjaan sehingga dalam mendesain struktur organisasinya pun perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan aktifitas yang luas tersebut. Sedangkan organisasi berskala kecil biasanya memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit karena pangsa pasar yang mungkin masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang juga sedikit. Organisasi yang berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan.

Teknologi
Faktor teknologi yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan cara bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Selain itu juga, faktor teknologi terkait dengan penggunaan alat-alat bantu dalam sebuah organisasi.

Lingkungan 
Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan diri secara dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk dalam penentuan struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis akan mendorong organisasi untuk selalu menyesuaikan struktur organisasi dengan tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah. Sebaliknya, lingkungan yang cenderung statis tidak akan terlalu banyak mengubah struktur organisasi.


   Elemen-elemen struktur organisasi

Levitt (Scott, 1987) menyatakan bahwa terdapat 4 elemen internal dan satu faktor lingkungan dalam suatu organisasi. Faktor lingkungan tidak dibahas dalam kajian ini karena merupakan kajian tersendiri. Keempat elemen itu adalah

1.       Struktur sosial
Struktur organisasi menunjuk pada aspek yang teratur dan terpola dari hubungan-hubungan yang terjadi di antara suatu organisasi. Kingsley Davis mengkaitkan struktur organisasi dengan pengelompokan sosial yang secara analitis dapat dikelompokkan menjadi 2  yaitu struktur normatif dan struktur perilaku. Struktur normatif meliputi norma (norms), nilai-nilai (values), dan harapan-harapan peran (role expectations). Nilai merupakan kriteria yang digunakan untuk menentukan tujuan dari suatu perilaku, norma merupakan aturan umum yang mengarahkan perilaku menuju tercapainya suatu tujuan, dan peran (roles) adalah harapan atau ukuran evaluasi yang dipergunakan dalam menilai perilaku seseorang dalam suatu posisi tertentu.
Struktur  normatif adalah posisi sosial yang menunjuk suatu lokasi dalam suatu sistem hubungan sosial. Nilai, norma maupun peranan dalam  setiap pengelompokan manusia terorganisir secara sistematik  dan merupakan seperangkat kepercayaan yang relatif saling berkaitan, tidak saling bertentangan, serta mempengaruhi perilaku anggota masyarakat, termasuk anggota suatu organisasi.
Struktur perilaku menunjuk pada perilaku yang dilakukan oleh anggota masyarakat berupa aktivitas-aktivitas dan interaksi-interaksi yang pada tingkat tertentu mempunyai keteraturan.
Struktur normatif dan struktur perilaku tersebut pada dasarnya saling lepas, tetapi pada tingkat tertentu terdapat keterkaitan. Setiap kelompok sosial, termasuk juga dalam organisasi, selalu ditandai oleh adanya struktur normatif yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh anggotanya. Selain itu juga ditandai dengan adanya struktur perilaku yang menghubungkan anggotanya dalam suatu jaringan hubungan sosial yang umum atau pola aktivitas maupun pola interaksi. Hubungan kedua struktur ini merupakan struktur sosial dari suatu kolektivitas sosial.
Struktur sosial dalam organisasi menekankan pada segi pemahaman secara mendalam dari aturan yang ditunjukkan oleh perilaku anggota organisasi. Ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa setiap saat, ribuan bahkan jutaan orang melakukan tindakan dalam organisasi, tetapi semuanya tidak menghasilkan kekacauan maupun kebingungan, tetapi justru menghasilkan suatu tindakan yang teratur berdasar suatu aturan tertentu. Namun struktur sosial juga tidak kemudian berarti selalu ada dalam keselarasan dan keharmonisan. Konflik dan pertentangan senantiasa akan ada dan muncul dalam kehidupan berorganisasi. Meskipun demikian, tidak mengarah pada munculnya tindakan anggota yang brutal dan agresif, tetapi konflik itu melalui pola yang teratur pula. Tidak saja hanya keteraturan dan kemapanan tetapi ketegangan, penyimpangan dan perubahan dapat terjadi dalam organisasi.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam setiap organisasi, senantiasa terdapat struktur normatif yang terdiri dari nilai, norma, dan harapan peran. Terdapat pula struktur perilaku, yang terdiri dari aktivitas dan interaksi yang relatif teratur. Kedua struktur ini merupakan salah satu elemen penting dari setiap organisasi.

2.       Anggota
   Anggota suatu organisasi adalah orang atau individu, yang  pada  tingkatan  yang  ber-beda-beda memiliki harapan memperoleh sesuatu, dengan memberikan suatu kontribusi bagi organisasi. Dari pernyataan ini terlihat bahwa sebenarnya ada hubungan timbal balik antara anggota suatu organisasi dengan organisasi itu sendiri. Anggota setiap organisasi pastilah mendapatkan yang bersifat material maupun yang bersifat non material dari organisasi yang diikutinya. Sebaliknya bagi organisasi, keikutsertaan seseorang itu memberikan konstribusi bagi keberadaan organisasi, paling tidak status keanggotaan yang dimiliki anggota menunjukkan bahwa organisasi itu memiliki eksistensi yang jelas.
     Individu yang menjadi anggota dari beberapa organisasi sekaligus, demi memperluas dan memperdalam keterlibatannya dalam organisasi, maka akan sukar diperkirakan dalam organisasi mana sebenarnya paling berpartisipasi. Karakteristik demografis dari anggota suatu organisasi memiliki konsekuensi yang penting pada beberapa aspek organisasi, terutama pada segi struktur dan fungsi organisasi.  

3.      Tujuan
     Tujuan organisasi merupakan elemen yang penting dalam organisasi karena akan memudahkan dalam mempelajari organisasi, tetapi ada sebagian ahli tidak menganggap penting untuk mengetahui tujuan organisasi. Sosiolog kelompok behaviorisme menganggap tidak penting tujuan organisasi karena yang sebenarnya mempunyai tujuan adalah para anggotanya. Kelompok kolektivisme menyatakan bahwa individu itu tunduk pada aturan organisasi sehingga organisasi dapat memaksa individu untuk tunduk pada aturan organisasi, termasuk memaksa mereka dalam mencapai tujuan organisasi.
      Tujuan organisasi merupakan suatu titik pusat yang penting dalam melakukan analisa terhadap fenomena organisasi. Tujuan organisasi secara tentatif didefinisikan sebagai suatu konsepsi dan hasil yang diinginkan. 

4.       Teknologi
      Perhatian tentang  teknologi dalam  organisasi  mengacu  pada  organisasi  sebagai  tempat berbagai pekerjaan dilakukan, atau sebagai lokasi memanfaatkan transformasi energi, tempat mekanisme proses peralihan dari masukan (input) menjadi keluaran (output)
Proses Pengorganisasian
Langsung saja saya paparkan proses pengorganisasian menurut Ernest Dale dalam Buku Manajemen dari James A.F. Stoner sebagai berikut :
1.      Memperinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Karena organisasi itu dibentuk berdasarkan suatu tujuan, maka kita harus merinci seluruh pekerjaan yang akan dilakukan agar dalam proses pencapaian tujuan bisa sesuai dengan apa yang dikerjakan dalam organisasi.
2.      Membagi pekerjaan ke dalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dan menyenangkan dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang. Biasanya dalam organisasi yang telah merinci pekerjaan apa yang akan dilakukan, organisasi tersebut akan membagi pekerjaan tersebut ke dalam bidang-bidang tertentu, dengan kata lain yaitu pekerjaan dikelompokan sesuai kualifikasinya lalu di bagi ke dalam  bidang-bidang dalam organisasi. Bidang-bidang itu yang akan mengerjakan tugas tersebut.
3.      Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam cara yang logis dan efisien. Setelah dibagi pekerjaan, maka perlu dibagi bagian-bagian atau divisi-divisi organisasi untuk melaksakan pembagian pekerjaan tersebut.
4.      Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis. Setelah berhasil membagi pekerjaan sesuai bidang organisasi, maka perlu dilakukan koordinasi antar bidang dan pengurus organisasi agar mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Terkadang ada suatu bidang dalam organisasi yang akan membutuhkan sumber daya yang sama atau data yang sama, itulah perlunya koordinasi.
5.      Memonitor efektivitas organisasi dan pengambilan langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.


Bentuk-Bentuk Organisasi

1.  Fungsional
Orang-orang dikelompokkan ke dalam departemen – departemen menurut kesamaan keterampilan dan aktivitas-aktivitas kerja.



Keunggulan:
l  Penggunaan sumberdaya yang efisien, skala ekonomis
l  Spesialisasi keterampilan yang mendalam dan pengembangan
l  Kemajuan karier dalam departemen fungsional
l  Panduan dan pengendalian dari manajemen Puncak
l  Koordinasi yang luar biasa dalam fungsi-fungsi
l  Pemecahan masalah teknikal yang berkualitas

Kelemahan:
l  Komunikasi lintas departemen fungsional yang buruk
l  Tanggapan lambat yang diberikan pada perubahan lingkungan, ketinggalan inovasi
l  Keputusan terkonsentrasi pada hirarki puncak, menciptakan penundaan
l  Tanggung jawab bagi masalah yang muncul sulit ditunjukkan secara tepat
l  Pandangan terbatas mengenai sasaran organisasi dari pada karyawan
l  Pelatihan manajemen umum yang terbatas bagi karyawan



2. Divisional
Departemen dikelompokkan ke dalam divisi mandiri terpisah berdasarkan pada kesamaan produk, program, atau daerah geografis. Perbedaan keterampilan merupakan dasar departementalisasi, dan bukannya kesamaan keterampilan.

Keunggulan:
l  Cepat tanggap, fleksibilitas pada lingkungan yang tidak stabil
l  Memperhatikan kebutuhan konsumen
l  Koordinasi yang luar biasa lintas departemen fungsional
l  Pembebanan tanggung jawab yang jelas bagi permasalahan produk
l  Penekanan terhadap keseluruhan produk dan tujuan divisional
l  Pengembangan keterampilan manajemen umum

Kelemahan:
l  Duplikasi sumberdaya lintas divisi
l  Kurang pendalaman teknis dan spesialisasi dalam divisi-divisi
l  Koordinasi yang buruk lintas divisi
l  Kurangnya kendali sumberdaya menajemen puncak
l  Kompetesi untuk sumberdaya perusahaan

3. Matriks
Ranati komando divisional dan fungsional diimplementasikan secara simulatan dan membebani satu sama lainnya dalam departemen yang sama. Terdapat dua rantai komando, dan beberapa karyawan memberikan laporan pada dua bos.

Keunggulan:
l  Penggunaan sumberdaya yang lebih efisien dibandingkan pada hirarki tunggal
l  Fleksibilitas dan adaptabilitas terhadap lingkungan yang terus berubah
l  Pengembangan keterampilan manajemen umum dan spesialis
l  Kerja sama interdisiplin, ketersediaan ahli untuk seluruh divisi
l  Pelebaran tugas-tugas bagi para karyawan

Kelemahan:
l  Frustasi dan kebingungan dari rantai komando ganda
l  Konflik tinggi antara dua sisi matriks
l  Banyak pertemuan, lebih banyak diskusi daripada tindakan
l  Membutuhkan pelatihan hubungan manusia
l  Dominasi kekuatan oleh salah satu sisi matriks

4. Tim
Organisasi membentuk serangkaian tim untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus dan untuk mengkoordinasikan departemen-departemen utama.
Keunggulan:
l  Punya beberapa keunggulan struktur fungsional
l  Mengurangi hambatan antar departemen, meningkatkan kompromi
l  Mengurangi waktu untuk merespon, keputusan lebih cepat diambil
l  Moril yang lebih baik, antusiasme dari keterlibatan karyawan
l  Mengurangi biaya overhead administrasi rutin

Kelemahan:
l  Loyalitas ganda dan konflik
l  Waktu dan sumberdaya lebih banyak untuk pertemuan
l  Desentralisasi tidak terencana



5. Jaringan
Organisasi menjadi suatu pusat yang kecil, terhubung secara elektronis dengan organisasi lainnya yang melakukan fungsi-fungsi vital.
Departemen bersifat independen dan melayani kontrak dengan sentral untuk mendapatkan keuntungan.

Keunggulan:
l  Daya saing global
l  Fleksibilitas tenaga kerja / tantangan
l  Mengurangi biaya administratif

Kelemahan:
l  Tidak ada pengendalian langsung
l  Dapat kehilangan bagian organisasi
l  Lemahnya loyalitas karyawan

                          
Fungsi atau Kegunaan Struktur dalam Sebuah Organisasi 
1.      Kejelasan Tanggung Jawab. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab kepada pimpinan  atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang harus dipertanggungjawabkan.
2.      Kejelasan Kedudukan. Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
3.      Kejelasan Uraian Tugas. Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan dapat berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya yang jelas.
4.      Kejelasan Jalur Hubungan. Dalam rangka pelaksaan tugas dan tanggung jawab setiap karyawan atau pegawai dalam sebuah organisasi, maka dibutuhka kejelasan hubungan yang tergambar dalam struktur, sehingga jalur penyelesaian pekerjaan akan semakin efektif dan dapat saling menguntungkan.

 http://luffybersahabat.blog.com/2011/01/19/struktur-organisasi/